Pages

Senin, 20 Juni 2011

PENILAIAN BERBASIS KELAS


PENILAIAN BERBASIS KELAS

OLEH : FAT HURRAHMAN

A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) adalah penilaian yang dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. PBK merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru  untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan ( standar komptensi, komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian Berbasis Kelas merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang kompetensi atau hasil belajar siswa serta pernyataan yang jelas mengenai perkembangan dan kemajuan siswaa. maksudnya adalah hasil Penilaian Berbasis Kelas dapat menggambarkan kompetensi, keterampilan dan kemajuan siswa selama di kelas.

Depdiknas (2002), menjelaskan bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. PBK itu sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Fokus penilaian diarahkan pada penguasaan kompetensi dan hasil belajar siswa sesuai dengan level pencapaian prestasi siswa.

B.  Manfaat, Keunggulan dan Prinsip Penilaian Berbasis Kelas.

1)  Hasil Penilaian Berbasis Kelas bermanfaat untuk :

Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya.
Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya.
Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas.
Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
2) Keunggulan Penilaian Berbasis Kelas adalah

Pengumpulan informasi kemajuan belajar baik formal maupun non formal diadakan secara terpadu, dalam suasana yang menyenangkan, serta senantiasa memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakan siswa.
Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok (norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya kriteria pencapaian kompetensi, standar pencapaian, dan level pencapaian nasional, dalam rangka membantu anak mencapai apa yang ingin dicapai bukan untuk menghakiminya.
Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara, agar kemajuan belajar siswa dapat terdeteksi secara lengkap.
Siswa perlu dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi dalam menanggapi, mengatasi semua masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri, bukan sekedar melatih siswa memilih jawaban yang tersedia.
Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan secara berencana, bertahap dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan bukti yang cukup akurat.
3)  Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas

Valid, penilaian memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
Mendidik, penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap pencapaian belajar siswa.
Berorientasi pada kompetensi, penilaian harus menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum.
Adil, penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.
Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya.  (Depdiknas, 2002).
C. Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor sebagai Objek Evaluasi Hasil  Belajar.


1. Ranah Kognitif.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom dalam Sudijono (2003:49) segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat 6 (enam) jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang yang terendah sampai jenjang yang paling tinggi, yaitu : (a) Pengetahuan (Knowledge),  (b) Pemahaman (Comprehension), (c) Penerapan (Application), (d) Analisis (Analysis. (e) Sintesis (Syntesis), dan (f) Penilaian/penghargaan (Evaluation). Keenam jenjang berpikir  ranah kognitif ini bersifat kontinum dan everlap (tumpang tindih), dimana ranah yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada di bawahnya.

2. Ranah Afektif.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar menyatakan bhwa sukap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif ditaksonomi  menjadi lebih rinci ke dalam 5 (lima) jenjang, yaitu: (a) Menerima atau memperhatikan (Receiving/Attending), (b) menanggapi (Responding), (c) menilai (Valuing). (d) menilai atau menghargai, (e) mengatur (Organization),

3.  Ranah Psikomotor.

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

D. Strategi Penilaian Berbasis Kelas.

Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi/ penilaian pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam 6 (enam) langkah pokok, yakni:

1.  Menyusun Rencana Evaluasi Hasil Belajar.

Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya oleh Sudijono (2003:59) mencakup enam jenis kegiatan, yakni: (a) Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. (b) menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, (c) memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan evaluasi, (d)  Menyusun alat-alat pengukur dan penilaian hasil belajar peserta didik, (e) Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi dan (f) Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).

2.  Menghimpun Data.

Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik tes), atau melakukan pengamatan, wawancara, atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide, atau questionnaire (apabila evaluasi hasil belajar menggunakan teknis non tes).

3.  Melakukan Verifikasi Data.

Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang “baik” (yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang baik” (yaitu data yang akan menguburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).

4.   Mengolah dan Menganalisis Data.

Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Untuk keperluan itu, maka data hasil evaluasi perlu disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga “dapat berbicara”. Dalam menggolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistik dan atau teknik non statistik, tergantung kepada jenis data yang akan diolah atau dianalisis. Dengan analisis statistic misalnya, penyusunan atau pengaturan dan penyajian data lewat tabel-tabel, grafik, atau diagram, perhitungan-perhitungan rata-rata, standar deviasi, pengukuran korelasi, uji benda mean, atau uji benda frekuensi dan sebagainya akan dapat menghasilkan informasi-informasi yang lebih lengkap dan amat berharga.

5.   Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan.

Memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tentu harus mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.

6.  Tindak Lanjut Hasil Evaluasi.

Bertitik tolak dari hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya, maka pada akhirnya evaluator akan mengambil keputusan dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan hasil evaluasi tersebut. Harus senantiasa diingat bahwa setiap kegiatan evaluasi menuntut adanya tindak lanjut yang konkrit. Tanpa diikuti oleh tindak lanjut yang konkrit, maka pekerjaan evaluasi itu hanya akan sampai kepada pernyataan, yang menyatakan bahwa; “saya tahu, bahwa begini dan itu begitu”. Apabila hal seperti itu terjadi, maka kegiatan evaluasi itu sebenarnya tidak banyak membawa manfaat bagi evaluator.

E.  Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas dalam Proses Pembelajaran.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup 3 (tiga) tahapan yang dalam 3 (tiga) tahapan tersebut dapat dilakukan penilaian kelas. Tiga tahapan dimaksud, antara lain: (1) Pretest (tes awal). (2) Proses Pembelajaran. (3) Postest (tes akhir).
















PENILAIAN KELAS

2.1 Pengertian serta ciri ciri penilaian kelas
Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan. Penilaian merupakan kegiatan yang mengambil “keputusan” dari hasil proses pengukuran yang teelah dilakukan sebelumnya. Penilaian biasanya bersifat tidak hanya kuantitatif tapi juga lebih cenderung mengarah ke kualitatif (Arikunto, 2008). Pengertian penilaian kelas menurut acuan yang ditetapkan dalam kurikulum KTSP merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik (siswa) yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilaksanakan melalui langkah langkah perencanaan, penyusunan, pemilihan dan penggunaan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Rambu rambu penilaian kelas meliputi Prinsip prinsip penilaian kelas, ruang lingkup serta sasaran pengguna model penilaian kelas. (Anonymous 2007)
Adapun ciri Penilaian Kelas yakni sebagai berikut:
1. Belajar tuntas, yakni peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar, dan hasil yang baik. “Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajarkan sesuai dengan karakteristik mereka, maka sebagian besar dari mereka akan mencapai ketuntasan”. (Anonymous, 2009) Guru harus mempertimbangkan antara waktu yang diperlukan berdasarkan karakteristik peserta didik dan waktu yang tersedia di bawah kontrol guru. Penilaian ini juga dilaksankan Secara terpadu dg KBM, Dalam suasana formal dan informal (John B. Carrol 2009)
2. Otentik, yakni memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu, mencerminkan masalah dunia nyata bukan dunia sekolah menggunakan berbagai cara dan criteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap,)
3. Berkesinambungan adalah Memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, dan Ulangan Kenaikan Kelas.
4. Berdasarkan acuan kriteria / patokan Prestasi kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan peserta kelompok, tetapi dengan kemampuan yang dimiliki sebelumnya dan patokan yang ditetapkan
5. Menggunakan berbagai cara & alat penilaian. Seperti mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan serta penilaian yang bervariasi: Tertulis, Lisan, Produk, Portofolio, Unjuk Kerja, Proyek, Pengamatan, dan Penilaian diri. (Anonimous 2009)

2.2 Prinsip Dasar Penilaian Kelas
a)Penilaian dan KBM terpadu
b)Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara autentik
c)Memanfaatkan berbagai jenis informasi
d)Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa
e)Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi
f)Keputusan tingkat pencapaian hasil belajar berdasarkan berbagai informasi
g)Guru harus berupaya seoptimal mungkin:
h)Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa
i)Keputusan ttg kemampuan siswa mempertimbangkan hasil kerja (karya) yang dikumpulkan
j)Mengacu pada kompetensi yang tercantum dlm kurikulum
k)Bersifat adil
l)Dapat memberi informasi yg lengkap
m)Bermanfaat bagi siswa
n)Dilakukan dalam suasana yg menyenangkan
o)Diadministrasikan secara tepat dan efisien (Anonimous. 2004)

2.3 Manfaat dan Fungsi dari penilaian kelas
Berbagai macam manfaat kita dapatkan melalui proses penilaian kelas, antara lain :
1.Memberikan umpan balik (feed back) bagi peserta didik. Sebagai refleksi bagi kelebihan dan kekurangannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas.
2.Alat monitoring dan diagnosa berbagai kesulitan belajar peserta didik (problem) sehingga dapat dilakukan pemantapan ataupun kegiatan remedial. Remedial dilakukan bila nilai indikator kurang dari nilai kriteria ketuntasan belajar. Pemantapan dilakukan bila tuntas lebih cepat. Perbaikan program & kegiatan bila tidak efektif.
3.Memberikan umpan balik (feed back) bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, dan berbagai sumberbelajar, serta kemampuan guru dalam mengajar. Sehingga dapat berfungsi sebagai masukan, saran, serta refleksi guna merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya.
4.Memberikan berbagai informasi mengenai status keevektivitasan kegiatan pendidikan kepada komite sekolah.
5. Memberikan umpan balik (feed back) kepada instansi terkait atau dinas daerah sebagai pemberi kebijakan dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas, serta kegiatan menyangkut kemajuan dibidang pendidikan.

2.4 Ruanglingkup penilaian kelas
Ruanglingkup penilaian kelas ini meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian, langkah-langkah pelaksanan penilaian. Dimana dalam konsep penilaian akan di jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi penilaian dan rambu-rambu penilaian. (Anonymous 2007)

2.5 Sasaran Pengguna Model Penilaian Kelas
Model penilaian kelas ini di peruntukkan baagi pihak-pihak berikut :
1.Para guru di sekolah untuk menyusun program penilaian di kelas masing-masing
2.Pengawas dan kepala sekolah untuk merancang program supervisi pendidikan di sekolah
3.Para penentu kebijakan di daerah untuk membuat kebijakan dalm penilaian kelas yang seharusnya dilakukan di sekolah. (Anonymous 2007)

2.6 Teknik teknik penilaian yang diterapkan
Teknik pengumpulan informasi pada prinsipnya adalah pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan sebagai acuan.
Setidaknya ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
a.Penilaian Unjuk Kerja adalah merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu seperti: Praktik di laboratorium, presentasi, diskusi. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument seperti rubrik Cek (Check-list), rubric (Rating Scale)
b. Penilaian Sikap melalui jurnal belajar siswa yang memuat menenai penilaian siswa terhadap aspek tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. umumnya objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah Sikap terhadap materi pelajaran, guru/pengajar, proses pembelajaran, serta nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan observasi melalui jurnal belajar siswa (buku harian) pertanyaan langsung, laporan pribadi.
c.Penilaian Tertulis Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.
d.Proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
e.Penilaian Produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni
f.Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
g.Penilaian Diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan utama dari penilaian diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar. (Anonymous 2008)

2.7 Langkah langkah penilaian
Yang harus diperhatikan dalam melaukan penilaian adalah seagai berikut:
1.Indikator yang akan ditetapkan harus sesuai dengan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2.Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan dipetakan kemudian.
3.Penetapan Teknik Penilaian. Dalam memilih teknik penilaian mempertimbangkan ciri indikator, contohnya :
a)Apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu penampilan kengenai kecakapan kerja, maka teknik penilainya adalah unjuk kerja (performance)
b)Apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep mendalam antar individu siswa, maka teknik penilaiannya adalah tetulis.
c)Apabila tuntutan indikator memuat unsur penyelidikan atau studi case, maka teknik penilaiannya adalah proyek. (Anonymous 2008)

2.8 Contoh pemanfaatan laporan hasil penilaian kelas
Penilaian kelas akan menghasilkan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang dapat digunakan untuk tindak lanjut serta langkah berikutnya yang akan diambil antara lain: Untuk perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan, pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, perbaikan program dan proses pembelajaran, pelaporan, dan penentuan kenaikan kelas.
a.Bagi peserta didik yang memerlukan remedial, remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kegiatan dapat berupa kesempatan untuk belajar sendiri, mengerjakan soal, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan, membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data. Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara peserta didik dengan guru, dapat dilaksanakan pada atau di luar jam efektif. Remedial hanya diberikan untuk indikator yang belum tuntas.
b.Bagi peserta didik yang memerlukan pengayaan. Peserta didik yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat mengembangkan potensi secara optimal. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai peserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif.
c.Bagi Guru dan Bagi Kepala Sekolah. Guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan cara mengubah strategi pembelajaran, ataupun memperbaiki program pembelajarannya. Sedangkan Hasil penilaian dapat digunakan Kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa. (Anonymous 2008)

2.9 Mengelola hasil penilaian kelas
Contoh Pembobotan nilai Ulangan Harian sama besar dengan Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester
Keterampilan Membaca:
Nilai rata-rata Ulangan Harian = 66
Nilai Ulangan Tengah Semester = 55
Nilai Ulangan Akhir Semester = 65
Jadi Nilai pada rapor = 66 + 55 + 65 : 3
= 62

Ketuntasan Belajar
Apabila per indikator jumlah indikator yang tuntas lebih dari 50%: maka pembelajaran siswa dapat dilanjut ke KD berikutnya.
Kriteria: 0% – 100%, Ideal: 75%. Jumlah indikator belum tuntas sama atau lebih dari 50%: mengulang KD yang sama.
Sekolah menetapkan sendiri dengan pertimbangan:
Kemampuan akademis siswa,Kompleksitas indikator, Daya dukung : guru, sarana
Tuntas: dapat dilihat dari perhitungan skor, apabila skor = kriteria ketuntasan
Tuntas jika dilihat dari ketercapaian indikator yakni indikator ? KD ? SK? Maple

Contoh Penghitungan Ketuntasan Belajar
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
KRITERIA KETUNTASAN
NILAI PESERTA DIDIK
KETUNTASAN

1

60%
60
TUNTAS

2
60%
59
TAK TUNTAS

3
55%
75
TUNTAS

Contoh Penghitungan Nilai KD


KOMPETENSI DASAR (KD)
INDIKATOR
KRITERIA KETUNTASAN
BELAJAR
NILAI SISWA
KETUNTASAN
1
1
60%
61
TUNTAS

2
70%
80
TUNTAS

3
60%
90
TUNTAS
2
1
70%
70
TUNTAS

2
65%
68
TUNTAS

3
60%
72
TUNTAS
NILAI KD 1:
= 61+80+90
3
= 77 ATAU 7,7
NILAI KD 2:
MODE : 70
NILAI KD :70

2.10 Pelaporan Hasil Penilaian Kelas
Laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada orangtua/wali peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Laporan tersebut Memberikan informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat dan merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar peserta didik maupun pengembangan sekolah. Laporan kemajuan belajar peserta didik dapat disajikan dalam data kuantitatif maupun kualitatif. Rapor merupakan dokumen yang menjadi penghubung komunikasi baik antara sekolah dengan orangtua peserta didik maupun dengan pihak lain yang ingin mengetahui tentang hasil belajar anak pada kurun waktu tertentu. Karena itu, rapor harus komunikatif, informatif, dan komprehensif (menyeluruh) memberikan gambaran tentang hasil belajar peserta didik. Informasi tentang hasil belajar dalam rapor diperoleh dari Rekap nilai yang dirangkum guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penentuan Kenaikan Kelas Automatic promotion apabila semua indikator, kompetensi dasar (KD), dan standar kompetensi (SK) suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka peserta didik dianggap layak naik ke kelas berikutnya. Peserta didik dinyakan tidak naik kelas apabila:
1.memperoleh nilai kurang dari kategori baik pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2.Jika peserta didik tidak menuntaskan 50 % atau lebih KD dan SK lebih dari 3 mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran sampai pada batas akhir tahun ajaran
3.Jika karena alasan yang kuat, misal karena gangguan kesehatan fisik, emosi atau mental sehingga tidak mungkin berhasil dibantu mencapai kompetensi yang ditargetkan.
Untuk memudahkan administrasi, peserta didik yang tidak naik kelas diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD, dan indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD, dan indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.

BAB III
KESIMPULAN

Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru (yang dilakukan melalui suatu langkah-langkah) yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan, yang dikumpulkan melalui prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi.

BAB IV
PENUTUP

Demikianlah makalah yang dapat saya buat dan sajikan dengan penuh keterbatasan. Semoga dapat berguna bagi pembelajaran dan pengetahuan. Apabila terdapat kesalahan penulisan dan pengertian, kami harap dapat dimaklumkan karena kekurangan, keterbatasan dan kesalahan memang hanya terdapat pada diri manusia, dan kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung penulisan makalah. Akhirul kalam,Wabillahhi taufiq wak hidayah , Wassalamualaikum Wr. Wb.

KEPUSTAKAAN

Arikunto suharsimi, 2008. Dasar dasar evaluasi pendidikan. Bumi aksara. Jakarta
John B. Carrol, 2009. Evaluasi belajar. Bumi aksara. Jakarta
Joni raka, 1984. Pengukuran dan penilaian dalam pendidikan. Karya anda. Surabaya
Anonymous, 2004. Www. Puskur.net. diakses tanggal 05 oktober 2009
Anonymous 2007. Www. Depdiknas. Co.id/ pedoman penilaian KBK . diakses tanggal 05 oktober 2009
Anonymous 2008. Www. Depdiknas. Co.id/ pedoman penilaian KTSP . diakses tanggal 05 oktober 2009
http://zaifbio.wordpress.com/2009/10/29/penilaian-kelas/

Read More..

pengertiaan bimbingan dan konseling


   1. Menurut Cavanagh, konseling merupakan “a relationship between a trained helper and a person seeking help in which both the skills of the helper and the atmosphere that he or she creates help people learn to relate with themselves and others in more growth-producing ways.” [Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan terobosan-terobosan yang semakin bertumbuh (growth-producing ways)]
   2. Menurut Pepinsky 7 Pepinsky ,dalan Shertzer & Stone,1974, konseling merupakan interaksi yang(a)terjadi antara dua orang individu ,masing-masing disebut konselor dan klien ;(b)terjadi dalam suasana yang profesional (c)dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudah kan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien
   3. Menurut Smith,dalam Shertzer & Stone,1974 , konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat interprestasi - interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
   4. Menurut Mc. Daniel,1956 , konseling merupakan suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan.
   5. Menurut Berdnard & Fullmer ,1969, Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige hal tersebut.
   6. Menurut Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.
   7. Menurut United States Office of Education (Arifin, 2003), memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
   8. Menurut Djumhur dan Moh. Surya, (1975), berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat.
   9. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
  10. Menurut Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Read More..

Pengaruh tingkat pendidikan formal orang tua terhadap minat belajar siswa



Rumusan Masalah
I.        Tentukan Masalah :
a.       kenakalan siswa tinggi
b.      kesejahteraan guru rendah
c.       kedisiplinan guru rendah
d.      minat belajar siswa rendah
II.     Focus Masalah : *minat belajar siswa rendah
III.   Identifikasi Penyebab Masalah
  1. metode guru mengajar tidak menarik
  2. motivasi dan bimbingan keluarga  kurang
  3. pergaulan siswa terlalu bebas
  4. sarana dan prasarana
IV.  Focus Penyebab Masalah     * motivasi dan bimbingan keluarga  kurang
V. Akar Masalah
  1. orang tua sibuk kerja
  2. tingkat pendidikan formal orang tua rendah
  3. orang tua tidak peduli terhadap pendidikan anak
  4. keadaan ekonomi keluaraga rendah
V.     Rumusan Masalah; Dipilih :tingkat pendidikan orang tua rendah
      * apakah tingkat pendidikan formal orang tua mempengaruhi minat belajar siswa
VI. Judul
            ; Pengaruh tingkat pendidikan formal orang tua terhadap minat belajar siswa






Latar belakang masalah
1. Mendeskrepsikan Masalah Secara Umum ( Berdasarkan Teori ).
Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”[1]
            Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan bangsa. Melalui pendidikan akan lahir manusia-manusia yang mampu memberikan sumbangan pada negara dengan potensi dan bakat yang dimiliki. Agar lahir manusia-manusia yang memberikan sumbangan terhadap pembangunan bangsa, maka proses pendidikan harus mendapatkan perhatian khusus.[2]

2. Definisi Istilah Dalam Penelitian
            Pendidikan merupakan beberapa rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar sehingga terjadilah perubahan didalam kehidupan pribadinya, sehingga sebagai mahluk individual, social, serta dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana dia hidup. Proses tesebut senantiasa berada di dalam nilai nilaiyang melahirkan norma norma hidup.

3. Landasann Teori
Pada dasarnya pendidikan itu ada sejak adanya manusia itu sendiri, karena pendidikan berlangsung seumur hidup, yaitu sejak dari buaian hingga liang lahat. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :
اُØ·ْÙ„ُبُ الْعِÙ„ْÙ…َ Ù…ِÙ†َ المْÙ€َÙ‡ْدِÙ‰ اِلىَ الحَّÙ€َدِÙ‰                            
               .Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat..
4. Mendeskrepsikan Peta Permasalahan
Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam membantu mengembangkan potensi anak-anaknya. Orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama, karena orang tua-lah yang pertama mendidik anaknya sejak dilahirkan. Dikatakan sebagai pendidik utama, karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dimulainya proses pendidkan yang sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Orang tulah yang paling besar tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak-anaknya.
           
5. Menunjukkan Yang Menjadi Akar Permasalahan
Oleh karena itu, orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu bertanggungjawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Orang tua yang mengirimkan anaknya ke sekolah pada umumnya bertujuan agar anak mendapat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang lebih baik. Akan tetapi, meskipun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah tapi kemampuan untuk belajar tidaklah sama, dikarenakan keberhasilan belajar anak di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Salah satunya adalah faktor pendidikan dalam keluarga (lembaga informal). Pendidikan yang diterima anak dipengaruhi oleh sikap, pandangan, nilai-nilai dan juga latar belakang pendidikan orang tuanya. Orang tua menjadi tokoh identifikasi (idola) bagi anak-anaknya sehingga sering kali anak mengatakan saya ingin seperti ayah atau ibu. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua harus dapat menjadi panutan bagi anak-anaknya. Selain hal itu, juga menyebabkan rasa bangga dan akan menjadi semacam cita ciata bahwa anak akan belajar dengan baik sehingga nantinya bisa mendapatkan jenjang poendidikan yang lebih baik daripada orang tua mereka
.
6. Argument Penulis Mengenai Permasalahan
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita yang tinggi pula terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan pendidikan anak-anaknya lebih tinggi atau setidaknya sama dengan pendidikan orang tua mereka. Cita-cita dan dorongan ini akan mempengaruhi sikap dan perhatiannya terhadap keberhasilan anak-anaknya di sekolah. Melalui proses pendidikan yang pernah dijalaninya orang tua yang berpendidikan tinggi akan memiliki wacana pengetahuan, keterampilan yang luas dan kemampuan emosi yang dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh anak, baik itu yang berkaitan dengan pergaulan anak ataupun pelajaran di sekolah.
            Hal itu tentunya akan berbeda sekali dengan orang tua yang memiliki latarbelakang pendidikan yang rendah. Sebab kapasitas pengetahuan yang dimiliki, sehingga kemampuan dalam mengasuh dan juga mendidik anak, bisa menjadi kurang baik walaupun tidak semua orang tua yang berpendidikan rendah dapat dikatakan demikian. Sebab ada juga kemungkinan orang tua yang berpendidikan rendah dapat juga bersifat positif terhadap pendidikan anaknya, namun hal tersebut belumlah cukup ditunjang dengan kemampuan pendidikan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan anak sehingga kurang menunjang pula dalam meningkatkan belajar anaknya
7. Factor Pendukung Yang Memperkuat Argument
            Berikut ini hasil data pra-survey yang penulis dapatkan pada Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011” sebagai berikut :

No
Nama Siswa
Tingkat Pendidikan Formal Orang tua
Minat Belajar
1.
Paijo
SD
Sedang
2.
Paijan
SMP
Tinggi
3.
Paiman
SD
Tinggi
4.
Painah
Tidak Tamat SD
Rendah
5.
Paiyah
SMA
Sedang
6.
Paijem
SMP
Rendah
7.
Paiyem
PT
Rendah
8.
Pairan
SD
Sedang
9.
Pairah
SMA
Tinggi
10.
Paimin
SMA
Rendah

9. Kesimpulan Arah Judul Penelitian
Bertitik tolak dari fenomena diataslah yang mendorong penulis untuk mencoba menyusun skripsi dengan judul Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar TP 2010/2011
.

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VII SMP MA’ARIF 12 TERBANGGI BESAR

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Penegasan Judul
1.      Pengaruh
Pengaruh adalah Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.
Jadi yang dimaksud dengan Pengaruh adalah kemampuan seseorang untuk membentuk pribadi orang lain yang lebih baik.
2.      Pendidikan Orang Tua
Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti mengajar. Sehingga pendidikan yang dimksud disini adalah tingkatan atau jenjang yang telah ditempuh oleh seseorang dalam pendidikan formalnya, yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA), ataupun Perguruan Tinggi (PT). Orang Tua adalah orang yang diserahi hukum (agama/adat) diserahi kewajiban mengurus anak baik anak kandung, anak angkat atau anak yatim piatu serta hartanya selama anak itu belum dewasa.
Jadi yang dimaksud dengan pendidikan orang tua adalah latar belakang tingkatan atau jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh orang tua.
3.  Minat Belajar
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin Minat adalah .perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan.. Dengan begitu minat, tambah Mahfudh, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan. Sedangkan belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya
Jadi minat belajar adalah sesuatu yang menjadi sebab duntuk melakukan perubahan pada diri seseorang
3.      Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12
Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 adalah murid yang sedang mengikuti pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama yang berlandasakan pada ajaran agama islam yaitu Ahlussunnah Waljama’ah
4.      Terbanggi Besar
Yaitu penelitian ini bertempat di kecamatan Terbanggi Besar. Tepatnya di Jl. RA. Kartini No. 100 Yukum Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah pada tahun pelajaran 2009/2010.
B.    Alasan Memilih Judul
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja pasti mempunyai dasar atau alasan tertentu. Seperti halnya dalam mengemukakan permasalahan yang bersifat ilmiah ini, maka penulis memiliki alasan sebagai berikut :
  1. Minat belajar siswa dipengaruhi oleh factor orang tua. Dalam hal ini adalah Latar belakang Pendidikan yang pernah ditempuh Orang tua sehingga penulis ingin meneliti sejauh mana pengaruhnya dalm memberikan spirit dan membangkitkan mionat belajar siswa Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010.
  2. Untuk membangkitkan minat dan memotivasi siswa dalam balajar.

C.     Latar belakang masalah.
            *  bisa diliaht pada contoh “ pembuatan latar belakang masalah “
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut :
“Adakah Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011”
E.     Hipotesis
Menurut Sutrisno Hadi hipotesis adalah dugaan yang mungkin salah dan mungkin benar, ia akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta membenarkannya. Jadi hipotesis adalah Dugaan sementara. Dalam hal ini penulis mengambil hipotesis :
“Ada Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011”
F.      Tujuan Penelitian
Setiap perbuatan yang dilakukan harus memiliki arah dan tujuan, maka penelitian ini penulis lakukan dengan tujuan :
a.       Untuk mengetahui latar Belakang Pendidikan Orang Tua
b.      Untuk mengetahui minat belajar Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011”
c.       Untuk mengetahui Pengaruh tingkat latar Belakang Pendidikan Orang Tua Terhadap minat Belajar Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011”
Keguanaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu untuk :
a.       Memberikan motivasi kepada orang tua betapa pentingnya kepedulian orang tua terhadap pendidikan sang anak.
b.      Untuk menguji kebenaran dari hipotesa yang penulis ajukan.
c.       Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam di STAI Ma’arif Metro.
G.    METODE PENELITIAN
1.      Jenis dan Sifat Penelitian
a.       Jenis Penelitian
Dilihat dari tempatnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena datanya diperoleh dari lapangan. Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi pada Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011.
b.      Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriftif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih.

2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
menurut Ronny Kountur mengatakan bahwa Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain.
Jadi penelitian dengan teknik populasi adalah cara penelitian yang mengambil semua objek yang akan diteliti. Dalam hal ini populasi yang penulis teliti adalah Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 50 orang..
b.      Sampel
 “Sampel adalah bagian dari populasi”., maka dapat diambil suatu pengertian bahwa sampel adalah merupakan bagian dari populasi untuk mewakili dari pembahasan yang jumlah populasinya banyak. Kemudian untuk menentukan sampel dalam pembahasan ini, penulis berpedoman dari pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan : “Untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga pembahasannya merupakan populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih”.
Karena jumlah subjek yang diteliti kurang dari 100, maka berdasarkan pendapat tersebut penulis mengambil teknik populasi yaitu dengan mengambil keseluruhan dari subjek yang diteliti yang berjumlah 50 oang.
NO
KELAS
JUMLAH RESPONDEN
1
VII A
25
2
VII B
25
3.      devinisi Operasional variabel
a.       Pengertian Variabel
     Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah “Objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”
b.      Pembagian Variabel
            Dalam hal ini penulis membaginya dalam dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebasnya adalah Pendidikan orang tua
N0
Variable Bebas
Indicator

Pendidikan orang tua
SD
SMP
SLTA
Perguruan Tinggi

Variable Terikatnya Adalah Minat Belajar
Variable Terikat
indikator
Minat Belajar
Menerima pelajaran dengan senang
Terus-menerus belajar
Tidak terpaksa dalam belajar
Tidak merasa bosan
Memberikan perhatian lebih
Mau berkonsentrasi
Mengikuti penjelasan guru
Mengerjakan tugas dari guru
Ketertarikan pada Materi dan Guru
Kesadaran akan adanya manfaat Belajar
c. Metode Pengmpulan Data
Dalam rangka mendapatkan data yang akurat dalam penyusunan skripsi ini, alat yang penulis gunakan untuk pengumpulan datanya adalah dengan Angket, yakni dengan menyebarkan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk tulisan yang diajukan kepada Siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011 yang menjadi responden. Angket ini disampaikan kepada siswa dipandu sendiri oleh peneliti dengan dibacakan dan dijelaskan maksud dari setiap pertanyaan yang diajukan.
Sedangkan untuk teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.       Observasi
Observasi adalah pengumpul data yang dilakukan secara sistematis dengan langsung melihat objek yang diteliti. Dalam observasi ini penulis mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.
Dalam hal ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian dengan melihat kegiatan belajar siswa Kelas VII SMP Ma’arif 12 Terbanggi Besar serta melihat keadaan sekolah dan tenaga pengajarnya.

b.      Interview atau wawancara
Interview adalah cara mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada orang yang bisa memeberikan informasi tentang objek yang akan diteliti.
Dalam interview ini, penulis bertanya kepada siswa serta guru mata pelajaran terhadap minat belajar siswa.
Selain itu penulis juga bertanya secara langsung kepada kepala sekolah tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekolah secara lengkap.
c.       Dokumentasi
      Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mengambil data-data yang berkenaan dengan apa yang diperlukan dalam penelitian ini.














Cara membuat angket
N0
Variable Bebas
Indicator
kategori
Item Soal

Pendidikan orang tua
Tidak tamat SD atau tamat SD
Tingkat pendidikan Rendah
1  2  3
SMP
Tingkat Pendidikan Sedang
4  5  6
SLTA
Perguruan Tinggi
 ( D I, D II, DIII, SI, S2, S3 )
Tingkat Pendidikan Tinggi
 7  8  9

1.      apakah orang tua anda pernah memperlihatkan ijazah terakhir pendidikannya ?
a. ya                                         b. tidak
2.      apakah anda tahu pendidikan terakhir orang tua anda ?
a. ya                                         b. tidak
3.      apakah orang tua anda lulusan Sekolah Dasar ( SD ) ?
a. ya                                         b. tidak
4.      apakah anda tahu pekerjaan orang tua anda  ?
a. ya                                         b. tidak
5.      apakah orang tua anda lulusan SMP ?
a. ya                                         b. tidak
6.      apakah orang tua anda lulusan SMA ?
a. ya                                         b. tidak
7.      apakah anda tahu tahun kelulusan pendidikan orang tua anda ?
a. ya                                         b. tidak
8.      apakah anda pernah minta izin untuk melihat ijazah orang tua anda ?
a. ya                                         b. tidak
9.      apakah orang tua anda pernah kuliah
a. ya                                         b. tidak




Variable Terikat
indikator
Minat Belajar
Menerima pelajaran dengan senang
Terus-menerus belajar
Tidak terpaksa dalam belajar
Tidak merasa bosan
Memberikan perhatian lebih
Mau berkonsentrasi
Mengikuti penjelasan guru
Mengerjakan tugas dari guru
Ketertarikan pada Materi dan Guru
Kesadaran akan adanya manfaat Belajar

1. apakah anda menyampaikan kepada orang tua kalau ada pelajaran yang anda anggap sulit ?
                        a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
2. apakah orang tua anda menemani anda dalam belajar
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
3. apakah orang tua anda mendukung, jika anda  belajar kelompok di rumah
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
4. jika nilai raport anda jelek, apakah orang tua anda memarahi anda
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
5. apakah anda pernah meminta orang tua untuk ikut membantu mengerjaka PR
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
6. dapatkah orang tua membantu mengerjakan PR anda ?
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
7. jika anda tidak pernah belajar, apakah orang tua menegur anda ?
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
8. apakah anda selalu belajar dirumah ?
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
9. dapatkah anda belajar dengan tenang tanpa gangguan saat di rumah ?
a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah
10. apakah anda diberi waktu khusus untuk belajar dirumah ?
                        a. ya                 b. Kadang kadang                    c. Tidak pernah




[1] DEPDIKNAS, UURI No 20 TH 2003 Tentang Sisdiknas (jakarta:2003) Cet Ke-1, h.8
[2] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktek, (Jakarta : Remaja Rosda Karya,
1996), Cet k 3 h. 13
Read More..